The Day We Felt The Pain
A Story By Fanol Wu
Special for HiDesignRP’s 1st Anniversary
CAST: Kris Wu, Bang Minah & Soyu
GENRE: Romance, Family & Life
LENGTH:2.676 Words (Vignette)
RATING:PG-15
Summary
Nuansa klasik Roma terasa kental di setiap sudut interior bagunan katedral tua itu. Membuat siapa saja yang berada di sana akan merasakan ketenangan, merasa dekat dengan Tuhan.
Pemberkatan pernikahan dirinya dan Minah akan berlangsung beberapa saat lagi. Membuat Kris terlihat tidak sabar untuk momen yang akan dibuatnya nanti.
***
Wajah tampan, popularitas serta harta yang berlimpah benar-benar tidak menjamin apa-apa. Terlebih lagi mengenai tanggung jawab atas sesuatu yang menyangkut tentang seseorang, yang pada dasarnya tidak akanserta merta berbelok dan mengarah pada sumber keindahan yang terpampang lebar di depannya.Hal mendasar seperti ini sering kali dilupakan oleh sebagian orang. Dengan sikap yang terlalu mengagungkan atas apa yang dimilikinya, terkadang itu malah membuat mereka terlihat menyedihkan. Bahwa sesungguhnya, ada beberapa hal yang tidak akan terpengaruh dengan semua iming-iming menggiurkan yang ditawarkan itu. Hal yang sedang dimaksud adalah..perasaan. Tidak perduli seberapa besar perubahan yang dapat mereka ciptakan dengan semua itu, mereka tetap tidak akan pernah bisa merubah perasaan seseorang. Tidak akan pernah bisa.
***
Langit sore kali ini tidak secerah biasanya.Gundukan-gundukan awan itu terlihat berkumpul dan menggelap, beberapa berwarna abu-abu bahkan ada yang nyaris menghitam.Menandakan bahwasanya mungkin sebentar lagi akan ada sebuah hujan deras–atau bahkan badai–yang akan melanda Seoul. Kris membuka kaca mobilnya, lalu melongok ke luar jendela.Ia menatap langit yang kini entah kenapa terlihat sedikit menyeramkan baginya. Lalu, pikirannya langsung tertuju pada seorang gadis yang telah tiga minggu ini ditunangkan dengannya.Kris harus menyusul tunangannya yang sedang berada di butik milik Kim Heechul, designer sekaligus teman ibunya yang sekarang sedang menggarap sepasang gaun pengantin serta tuxedo yang dirancang khusus untuk pernikahannya. Dan gadis itu, ia sedang di sana, memenuhi undangan Madam Kim–panggilan akrab Kim Heechul–untuk urusan pengukuran lingkar pinggang, dada, dan apalah itu.. Kris tentu akan melakukan hal serupa ketika tiba di sana nanti. Sejujurnya, Kris tidak terlalu mengerti tentang hal-hal berbau mode, itu jelas bukan bidangnya. Karena pria yang baru berumur duapuluh lima ini adalah pria dengan kedudukan sebagai direktur pelaksana disebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang media. Posisi mewah atas pencapaian yang tidak terlalu memukau, mengingat ayahnya sendiri yang menjadi CEO perusahaanmedia terbesar di Asia Timur itu.
Well, Kris atau pria dengan nama asli Wu Yifan bukanlah pria dengan sikap romantis. Pria berdarah asli Tiongkok ini bahkan sebenarnya tidak pernah suka dengan sikap basa-basi yang sering kali membuatnya muak. Namun, ia terpaksa melakukannya dengan alasan tidak mau mengecewakan kedua orangtuanya.Seperti tiga minggu yang lalu, acara pertunangannya dengan Bang Minah. Setelah malam pertunangan itu, setiap hari, ia harus selalu bersikap sopan kepada Minah. Seperti, menjemput gadis itu di kantornya, lalu makan siang bersama. Atau jika akhir pekan tiba, mereka akan olahraga bersama di pusar kebugaran mewah di kawasan Gangnam, atau terkadang pergi ke untuk bermain golf bersama ayah serta calon mertuanya. Kalau Kris sedang sial, mungkin mereka akan bertemu beberapa kolega bisnis yang akan membawanya membahas tentang pekerjaan di tempat tersebut. Dan Kris, ia akan berpura-pura memunculkan aura semangat dari balik wajahnya yang berwibawa. Walaupun, dalam hati ia akan mengumpat kesal karena secara tidak langsung ia tetap harus bekerja di akhir pekan; Kris menganggap membicarakan tentang bisnis di akhir pekan adalah bagian dari pekerjaan juga.
Kini, Kris telah berada di depan sebuah butik yang ia kenal sebagai butik Madam Kim. Ia keluar dari Lykan Hypersport-nya dengan gerakan yang elegan, dan oh..jangan lupakan dengan barang-barang yang tengah melekat di tubuhnya. Selain mobil dengan harga 3,4 juta dollar itu, Kris juga mengenakan kacamata Gucci, jam tangan Rolexserta setelah jas dan sepatu bermerk Giorgio Armani. Dan percayalah, semua itu telah menempatkan Kris menjadi model dadakan sekarang. Dan entahlah, apa yang ada dipikirkan Kris ketika berinisiatif untuk mengenakan kacamata hitam ketika mendung seperti sekarang. Mungkin, ia hanya ingin terlihat keren, walaupun ya..dia tetap tampak sempurna walaupun tanpa kacamata yang menghias wajahnya.
Ia melangkah santai memasuki butik itu, yang sesekali ia dapat merasakan tatapan kagum dari beberapa wanita yang ia temui di sekitar parkiran. Whatever,ia tidak terlalu memperdulikan tatapan semacam itu, karena ia cukup muak mendapatkannya setiap hari.
“Oh..Kau sudah datang, Kris?” seseorang menyapanya.Pria dengan dandanan nyentrik serta rambut yang diwarnai pirang terang itu berjalan ke arahnya, menyunggingkan senyum lebar dan kemudian dibalas dengan senyum simpul oleh Kris.
Kris melepas kacamatanya, lalu mengulurkan tangannya ke arah pria itu.“Apa kabar, Madam Kim?” sapanya sopan kepada pria itu.
Terdengar kekehan ringan dari pria yang kini berada depannya. “Well, kau terlalu sopan, Kris.” Madam Kim menjabat tangan Kris, lalu menggiringnya ke arah tangga yang mengarah ke lantai dua, dimana terdapat koleksi untuk kalangan VVIP seperti Kris di sana. “Ayo, ikut aku.Calon pengantinmu sudah lama menunggu.”
Kris hanya dapat tersenyum canggung dan mengikuti arahan Madam Kim yang membawanya ke lantai dua. Sesekali, ia menanggapi celotehan Madam Kim yang well..banyak bicara.
“Kau akan terpesona melihatnya,” kini mereka telah berdiri di depan sebuah tirai besar berwarna koklat muda yang berada di lantai dua ini. Madam Kim tampak menggoda Kris, yang dikiranya tengah gugup menanti calon pengantinnya yang jelas sedang berada di balik tirai itu.
“Buka tirainya!” perintah Madam Kim kepada asistennya.
Beberapa detik kemudian, tirai itu terbuka dan menampakkan seorang gadis cantik yang tengah menggunakan gaun berwarna putih susu dengan model bahu terbuka. Potongan gaun itu benar-benar seksi, Kris bahkan dapat melihat belahan dada Minah.Walaupun, posisinya cukup jauh, sekitar empat meter dari posisi gadis itu berdiri sekarang. Minah tampak tersenyum manis ke arahnya, mungkin berusaha untuk menarik perhatian Kris yang hanya memandangnya dengan tatapan datar tanpa ekspresi.
Tatapan datar itu bukan karena Kris gugup. Tidak! Ia memang tak merasakan sebuah kespesialan yang sedang dipertontonkan untuknya saat ini. Tidak ada desiran aneh yang ia rasakan ketika melihat Minah yang terlihat cantik di depannya. Dan kemudian, memorinya berputar abstrak di dalam otaknya, membawanya menuju fakta yang entah kenapa membuat hatinya panas.
Memori itu membawanya kembali ke sebuah kejadian beberapa hari yang lalu.Ketika dirinya mendapati sebuah flashdisk yang dikirimkan ke kantornya, yang ternyata berisi tentang percakapan Minah dan teman-temannya.
***
“Aku berharap pertunanganku dengan Kris segera berakhir…” Kris mengerutkan keningnya mendengar suara itu.Ia tahu, itu suara Minah. flashdisk yang telah terpasang di MacBook Pro-nya itu tengah memutar sebuah rekaman misterius yang baru saja didapatnya dari sekretarisnya; berupa paket tanpa nama. Membuat Kris yang saat itu sedang tidak begitu banyak pekerjaan menjadi penasaran dengan isi dari flashdisk berwarna oranye itu.
“Kenapa? Kris tampan, kaya dan popular…”
Kris terus memasang telinganya baik-baik.Seolah rekaman itu adalah hal terpenting yang harus segera didengarnya hingga selesai.
“Please, aku tidak suka dinikahkan dengan si Kris itu. Aku tidak menyukainya…”
“Lalu, kenapa kau menerimanya?”
“Entahlah..aku tidak tahu. Aku hanya ingin semuanya berakhir secepatnya.Aku tidak ingin menikah dengan Kris!”
Entah kenapa udara di dalam kantornya tampak lebih panas dari biasanya.Apakah pendingin di ruangannya rusak? Kris melirik ke arah pendingin ruangan yang menunjukkan angka 19 derajat celsius. Tidak, pendinginnya berfungsi dengan baik.Tapi apa-apaan ini, apakah Minah tengah mempermainkannya? Kalau memang ia tengah bermain api di belakang Kris, berarti ia telah memilih lawan yang salah. Sebuah seringai berbahaya tiba-tiba terbit, yang membuat siapa saja yang melihatnya dapat menyimpulkan, bahwa orang yang ditujukan atas seringai itu akan mendapatkan sebuah kesialan yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
***
Kris sedang mematut dirinya di depan kaca. Tuxedo putih dengan hiasan sapu tangan dan rangkaian kecil bunga mawah putih di saku kirinya serta dasi kupu-kupu berwarna senada benar-benar membuat dirinya terlihat lebih tampan dari biasanya. Rambutnya yang disisir kebelakang membuat wajahnya terlihat lebih segar. Ia terus menatap penampilan dirinya yang dapat membuat wanita manapun akan berdecak kagum untuknya. Namun, ia hanya dapat menunjukkan ekspresi dingin. Kris menatap dalam pantulan dirinya di permukaan cermin itu. Dan ia dapat melihat bahwa pantulan dirinya yang terlihat sangat tampan itu menyeringai, kontras dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin.
Hingga sebuah ketukan pintu membuatnya terkesiap.Ia menoleh ke arah pintu dan mendapati Jungkook–adiknya–sedang menatapnya depan pandangan kagum. Well, bahkan seorang pria seperti Jungkook pun tidak bisa memungkiri pesona dari Kris.
Jungkook berjalan mendekati kakaknya yang masih berdiri di depan cermin itu.
“Ge, kau terlihat…” Jungkook mengangkat kedua jempolnya di udara.“Sempurna.”
Kris tak dapat mempertahankan ekspresi dinginnya, ia tertawa. “Kau juga terlihat tampan, adik kecilku.” ujar Kris sambil mengacak rambut Jungkook yang telah tertata rapi. Membuat sang pemilik rambut dengan warna dark brown itu mendadak ingin mengacak balik rambut kakak tirinya yang sebentar lagi melepas masa lajangnya ini.
Ya.Kris dan Jungkook bukanlah saudara kandung.Jungkook adalah anak yang dibawa ibu tirinya ketika menikahi ayahnya limabelas tahun yang lalu. Tidak ada yang harus ia benci dari ibu dan adik tirinya yang berdarah Korea ini. Mereka memberikan Kris kebahagiaan. Kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan dari ibu kandungnya. Namun, wanita itu malah memilih untuk pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya duapuluh tahun yang lalu.
Ketika ibunya pergi, Kris bahkan belum ingat betul bagaimana rupa ibu kandung yang telah melahirkannya itu. Atau sebenarnya, Kris tidak ingin mengingatnya, ia telah bahagia dengan apa yang ia dapatkan sekarang.Ketegarannya adalah kebahagiaannya.Walaupun, masih terselip sedikit kepura-puraan di dalam sorot matanya yang terkadang tampak sapuh.
Dan, ada sebuah hal yang ia takutkan, Bang Minah. Kris melihat ada sebuah kemiripan antara Minah dan ibu kandungnya.
“Gege! Kris Gege!”
Kris yang sedang termenung sontak tersadar, lalu menatap adik kecilnya yang tampak memandangnya dengan pandangan sebenarnya-kau-sedang-memikirkan-apa-sih-ge.
“Ah, kita harus segera berangkat.” Kris melirik jam tangan Rolex-nya sebentar.
Jungkook mengangkat bahu dan berjalan di dalam rangkulan Kris yang menggiringnya keluar dari kamar pria itu.
“Ge, bagaimana caranya memiliki tinggi sepertimu?Aku tampak seperti kurcaci sekarang!”Jungkook dan Kris tengah melewati anak tangga menuju lantai bawah, dimana keluarganya tengah menunggunya.Dan, kekehan Kris adalah jawaban pertama atas pertanyaan adiknya yang terdengar cukup konyol itu.
Kris tampak berpikir sejenak, lalu merangkul adiknya lebih dekat. “Kau harus bermain basket atau…”
Jungkook menoleh cepat ke arah Kris.“Atau apa?”
“Atau… kau harus berenang dimana banyak wanita berbikini seksi di sana.” bisik Kris, lalu kembali terkekeh geli.
“Semoga aku tidak menjadi semesum dirimu setelah dewasa nanti!” tukas Jungkook sambil mendengus kecil.
“Jungkook, kau ingin membantu gege?”
Jungkook mengangguk penuh antusias.“Bantuan apa?”
Kris menyeringai, kemudian membisikkan sesuatu yang membuat mata Jungkook terbelalak seketika.
***
Kris telah berada di dalam Gereja Katedral Myeongdong sekarang. Sejujurnya, terakhir kali ia menginjakkan kaki di katedral ini adalah beberapa bulan yang lalu, dan ia lupa tepatnya kapan. Well, Kris sebenarnya memang jarang sekali ke katedral untuk ibadah. Ia mengakui bahwa ia memang bukan menganut agama yang baik. Berbeda dengan ibu tirinya yang kerap kali ikut serta dalam kegiatan keagamaan di katedral tersebut.
Nuansa klasik Roma terasa kental di setiap sudut interior bagunan katedral tua itu. Membuat siapa saja yang berada di sana akan merasakan ketenangan, merasa dekat dengan Tuhan.
Pemberkatan pernikahan dirinya dan Minah akan berlangsung beberapa saat lagi. Membuat Kris terlihat tidak sabar untuk momen yang akan dibuatnya nanti.
Pastor tua yang memimpin berlangsungnya pemberkatan itu telah meminta Kris untuk berdiri di atas altar, menunggu mempelai wanitanya.
Hingga kemudian, seluruh mata tertuju pada seorang wanita yang menggunakan gaun putih susuyang menjuntai indah itu tengah berjalan menuju altar, sambil mengapit lengan ayahnya yang mengantarkannya menuju calon suaminya. Semua undangan yang menghadiri pemberkatan itu tersenyum, Minah sangatlah layak untuk seorang Kris.
Kini, tiba saatnya mereka menjalani prosesi pemberkatan yang menurut Kris sangatlah membosankan.
“Saudara Wu Yifan, apakah saudara menerima dan meresmikan perkawinan ini dengan kesungguhan dan keikhlasan hati?”
Sang pastor telah memberikan interpelasi kepada Kris, pertanyaan yang menjadi salah satu bagian terpenting sebelum pengucapan janji pernikahan. Biasanya, para mempelai akan menjawabnya dengan jawaban yang berbunyi, ya, saya bersedia, sambil menyunggingkan senyum bahagia. Namun nyatanya, Kris bahkan tidak tersenyum sama sekali. Ia hanya mematung di tempatnya.
Mulai terdengar suara-suara bisikan dari undangan yang membuat sang pastor tua itu berdeham, lalu mengulang kalimatnya sambil menatap lurus ke arah pria itu. “Saya ulangi. Saudara Wu Yifan, apakah saudara menerima dan meresmikan perkawinan ini dengan kesungguhan dan keikhlasan hati?”
Minah yang berada di samping kanan Kris hanya dapat menggigit bibirnya sambil melirik ke arah Kris.“Kris, kau kenapa?” bisik Minah nyaris tak terdengar.
Kris membuka mulutnya.“Tidak.Saya tidak bersedia.” ucapnya lantang.Suaranya bahkan melebihi suara petir yang menggelegar dan menakutkan.
Sontak seluruh undangan bahkan orang tuanya terlihat kaget dengan kata-kata Kris yang diluar dugaan itu. Belum lagi, Minah yang bahkan terlihat susah menelan ludahnya sendiri. Iris matanya melebar, tercekat oleh kenyataan yang diberikan oleh pria yang berstatus calon suaminya itu.
Kris mendekatkan dirinya ke arah Minah.“Kau bilang, kau tidak suka dinikahkan denganku.”Kris tampak menyeringai, dan demi Tuhan Minah mendapati aura mengerikan dari seringai itu.“Jadi…” pria itu sengaja menjeda kalimatnya. “Aku akan memutuskan meninggalkanmu di sini.”
Setelah itu, Kris menjauhi altar dengan langkah yang santai, menganggap apa yang baru saja terjadi adalah hal yang tidak penting untuknya. Minah hanya dapat menatap kepergian Kris dengan tatapan nanar.Lidahnya kelu, bahkan hanya untuk melontarkan makian yang memang pantas untuk bajingan yang sedang berjalan menjauhi altar.Namun, sebelum Kris benar-benar meninggalkan katedral itu, tiba-tiba terdengar sebuah percakapan yang berbunyi dari sebuah speaker yang berada di pojok altar.
“Aku berharap pertunanganku dengan Kris segera berakhir…”
“Kenapa? Kris tampan, kaya dan popular…”
“Please, aku tidak suka dinikahkan dengan si Kris itu. Aku tidak menyukainya…”
“Lalu, kenapa kau menerimanya?”
“Entahlah..aku tidak tahu. Aku hanya ingin semuanya berakhir secepatnya.Aku tidak ingin menikah dengan Kris!”
Minah terdiam, ia tak tahu harus bereaksi apa. Hatinya mencelos mendapati suara yang sangat dikenalnya–karena itu suaranya sendiri–tengah memenuhi ruangan katedral itu sekarang.Seluruh mata yang tadinya menghujat kekejaman Kris kini beralih menatapnya tajam. Seolah ia adalah pendosa paling besar yang tengah dihakimi di dalam katedral suci itu.
***
1 bulan kemudian
Setelah kejadian yang memalukan–sekaligus membuatnya menyeringai puas–itu, Kris memilih meninggalkan Seoul untuk beberapa waktu ke depan.
Dan, Boston adalah kota yang dipilih Kris untuk tempatnya menghilang dari kota Seoul yang membuat dirinya agak mual membayangkannya. Well, karena di sana ada seorang wanita bernama Bang Minah yang entah kenapa mengingat namanya saja dapat membuat napsu makannya menurut secara tiba-tiba.
Sebenarnya, ada hal lain yang membuat Kris ingin menetap sementara di Boston. Kota ini mengingatkannya kepada Soyu, gadis itu pernah menjadi kekasihnya ketika SMA.Orang yang sangat ingin dicarinya, sebelum akhirnya, keegoisan dalam dirinya mengatakan untuk melupakan sosok itu.
Namun, akhir-akhir ini, Kris tampak menaruh rindu yang besar untuk mantannya itu.
Kris yang sedang berjalan menyusuri Newburry Street itu menghentikan langkahnya di sebuah café.Ia menduduki salah satu kursi besi yang berada di luar area café, sesungguhnya café tersebut juga memiliki tempat di dalam. Namun, Kris lebih ingin menikmati udara pagi yang menurutnya cukup segar. Kris telah memesan secangkir espresso dan sepiring bacotti untuk menu sarapannya.
Tak berapa lama, seorang pelayan wanita telah mengantarkan pesanan Kris.Pria itu bahkan hanya dengan pakaian santainya dapat memikat beberapa wanita bule yang duduk tak jauh dari mejanya.Kris berusaha mengabaikan tatapan kagum itu dan beralih menyesap espresso-nya pelan.
Namun, kenikmatan espresso itu seketika menghilang, ketika matanya mendapati seseorang yang sangat dikenalnya sedang melangkah memasuki café bersama seorang anak perempuan kecil di sampingnya. Dan demi Tuhan, Kris tidak akan salah, itu adalah Soyu!
Mereka telah duduk bertiga di meja Kris. Pria itu mengamati wajah Soyu yang tidak banyak berubah, ia tetap saja cantik seperti dulu. Lalu, pandangannya mengarah ke arah anak perempuan berambut panjang yang duduk di samping Soyu.Kris merasa anak perempuan itu mengingatkannya pada seseorang.
“Ini anakmu?” tanya Kris penasaran, yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh Soyu
“Iya, namanya Naeun. Naeun Kang. Ia berumur enam tahun sekarang,” ujarnya menjelaskan sambil mengelus rambut Naeun yang hanya memandangi Kris dengan tatapan dinginnya.Tunggu, Kris seperti mengenal tatapan itu.
Kerutan di kening Kris terlihat menyatu, ia memandang wanita di depannya dengan tatapan heran. Ia ingat betul jika marga Kang adalah milik Soyu yang bernama Korea Kang Ji-Hyun. “Kang? Kau tidak memberinya nama belakang suamimu? Dan tunggu, anakmu berumur enam tahun?Itu artinya kau menikah setelah kelulusan kita di SMA?Setelah kau meninggalkan Korea dan memilih tinggal dengan kakakmu di sini?”
Kali ini Soyu tertawa sembari menutup mulutnya.“Aku bahkan belum menikah, Kris.”
Kris tampak semakin penasaran. Ia berspekulasi bahwa mungkin Soyu mengadopsi seorang anak perempuan dari panti asuhan, atau yang lebih parah adalah..Soyu hamil diluar nikah. Dan hey, ia melupakan sesuatu…
Ia pernah melakukannya bersama Soyu, sebelum gadis itu meninggalkan Seoul tujuh tahun yang lalu.
“Jadi, siapa ayah dari anak ini?”
Tidak ada jawaban, hanya senyum Soyu yang masih tetap setia mengembang tulus.Ia menghela napas sebentar, kemudian memeluk Naeun di sampingnya.
“Aku adalah ibu sekaligus ayah untuknya.”
END
Special for HiDesignRP’s 1st Anniversary
CAST: Kris Wu, Bang Minah & Soyu
GENRE: Romance, Family & Life
LENGTH:2.676 Words (Vignette)
RATING:PG-15
Summary
Nuansa klasik Roma terasa kental di setiap sudut interior bagunan katedral tua itu. Membuat siapa saja yang berada di sana akan merasakan ketenangan, merasa dekat dengan Tuhan.
Pemberkatan pernikahan dirinya dan Minah akan berlangsung beberapa saat lagi. Membuat Kris terlihat tidak sabar untuk momen yang akan dibuatnya nanti.
***
Wajah tampan, popularitas serta harta yang berlimpah benar-benar tidak menjamin apa-apa. Terlebih lagi mengenai tanggung jawab atas sesuatu yang menyangkut tentang seseorang, yang pada dasarnya tidak akanserta merta berbelok dan mengarah pada sumber keindahan yang terpampang lebar di depannya.Hal mendasar seperti ini sering kali dilupakan oleh sebagian orang. Dengan sikap yang terlalu mengagungkan atas apa yang dimilikinya, terkadang itu malah membuat mereka terlihat menyedihkan. Bahwa sesungguhnya, ada beberapa hal yang tidak akan terpengaruh dengan semua iming-iming menggiurkan yang ditawarkan itu. Hal yang sedang dimaksud adalah..perasaan. Tidak perduli seberapa besar perubahan yang dapat mereka ciptakan dengan semua itu, mereka tetap tidak akan pernah bisa merubah perasaan seseorang. Tidak akan pernah bisa.
***
Langit sore kali ini tidak secerah biasanya.Gundukan-gundukan awan itu terlihat berkumpul dan menggelap, beberapa berwarna abu-abu bahkan ada yang nyaris menghitam.Menandakan bahwasanya mungkin sebentar lagi akan ada sebuah hujan deras–atau bahkan badai–yang akan melanda Seoul. Kris membuka kaca mobilnya, lalu melongok ke luar jendela.Ia menatap langit yang kini entah kenapa terlihat sedikit menyeramkan baginya. Lalu, pikirannya langsung tertuju pada seorang gadis yang telah tiga minggu ini ditunangkan dengannya.Kris harus menyusul tunangannya yang sedang berada di butik milik Kim Heechul, designer sekaligus teman ibunya yang sekarang sedang menggarap sepasang gaun pengantin serta tuxedo yang dirancang khusus untuk pernikahannya. Dan gadis itu, ia sedang di sana, memenuhi undangan Madam Kim–panggilan akrab Kim Heechul–untuk urusan pengukuran lingkar pinggang, dada, dan apalah itu.. Kris tentu akan melakukan hal serupa ketika tiba di sana nanti. Sejujurnya, Kris tidak terlalu mengerti tentang hal-hal berbau mode, itu jelas bukan bidangnya. Karena pria yang baru berumur duapuluh lima ini adalah pria dengan kedudukan sebagai direktur pelaksana disebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang media. Posisi mewah atas pencapaian yang tidak terlalu memukau, mengingat ayahnya sendiri yang menjadi CEO perusahaanmedia terbesar di Asia Timur itu.
Well, Kris atau pria dengan nama asli Wu Yifan bukanlah pria dengan sikap romantis. Pria berdarah asli Tiongkok ini bahkan sebenarnya tidak pernah suka dengan sikap basa-basi yang sering kali membuatnya muak. Namun, ia terpaksa melakukannya dengan alasan tidak mau mengecewakan kedua orangtuanya.Seperti tiga minggu yang lalu, acara pertunangannya dengan Bang Minah. Setelah malam pertunangan itu, setiap hari, ia harus selalu bersikap sopan kepada Minah. Seperti, menjemput gadis itu di kantornya, lalu makan siang bersama. Atau jika akhir pekan tiba, mereka akan olahraga bersama di pusar kebugaran mewah di kawasan Gangnam, atau terkadang pergi ke untuk bermain golf bersama ayah serta calon mertuanya. Kalau Kris sedang sial, mungkin mereka akan bertemu beberapa kolega bisnis yang akan membawanya membahas tentang pekerjaan di tempat tersebut. Dan Kris, ia akan berpura-pura memunculkan aura semangat dari balik wajahnya yang berwibawa. Walaupun, dalam hati ia akan mengumpat kesal karena secara tidak langsung ia tetap harus bekerja di akhir pekan; Kris menganggap membicarakan tentang bisnis di akhir pekan adalah bagian dari pekerjaan juga.
Kini, Kris telah berada di depan sebuah butik yang ia kenal sebagai butik Madam Kim. Ia keluar dari Lykan Hypersport-nya dengan gerakan yang elegan, dan oh..jangan lupakan dengan barang-barang yang tengah melekat di tubuhnya. Selain mobil dengan harga 3,4 juta dollar itu, Kris juga mengenakan kacamata Gucci, jam tangan Rolexserta setelah jas dan sepatu bermerk Giorgio Armani. Dan percayalah, semua itu telah menempatkan Kris menjadi model dadakan sekarang. Dan entahlah, apa yang ada dipikirkan Kris ketika berinisiatif untuk mengenakan kacamata hitam ketika mendung seperti sekarang. Mungkin, ia hanya ingin terlihat keren, walaupun ya..dia tetap tampak sempurna walaupun tanpa kacamata yang menghias wajahnya.
Ia melangkah santai memasuki butik itu, yang sesekali ia dapat merasakan tatapan kagum dari beberapa wanita yang ia temui di sekitar parkiran. Whatever,ia tidak terlalu memperdulikan tatapan semacam itu, karena ia cukup muak mendapatkannya setiap hari.
“Oh..Kau sudah datang, Kris?” seseorang menyapanya.Pria dengan dandanan nyentrik serta rambut yang diwarnai pirang terang itu berjalan ke arahnya, menyunggingkan senyum lebar dan kemudian dibalas dengan senyum simpul oleh Kris.
Kris melepas kacamatanya, lalu mengulurkan tangannya ke arah pria itu.“Apa kabar, Madam Kim?” sapanya sopan kepada pria itu.
Terdengar kekehan ringan dari pria yang kini berada depannya. “Well, kau terlalu sopan, Kris.” Madam Kim menjabat tangan Kris, lalu menggiringnya ke arah tangga yang mengarah ke lantai dua, dimana terdapat koleksi untuk kalangan VVIP seperti Kris di sana. “Ayo, ikut aku.Calon pengantinmu sudah lama menunggu.”
Kris hanya dapat tersenyum canggung dan mengikuti arahan Madam Kim yang membawanya ke lantai dua. Sesekali, ia menanggapi celotehan Madam Kim yang well..banyak bicara.
“Kau akan terpesona melihatnya,” kini mereka telah berdiri di depan sebuah tirai besar berwarna koklat muda yang berada di lantai dua ini. Madam Kim tampak menggoda Kris, yang dikiranya tengah gugup menanti calon pengantinnya yang jelas sedang berada di balik tirai itu.
“Buka tirainya!” perintah Madam Kim kepada asistennya.
Beberapa detik kemudian, tirai itu terbuka dan menampakkan seorang gadis cantik yang tengah menggunakan gaun berwarna putih susu dengan model bahu terbuka. Potongan gaun itu benar-benar seksi, Kris bahkan dapat melihat belahan dada Minah.Walaupun, posisinya cukup jauh, sekitar empat meter dari posisi gadis itu berdiri sekarang. Minah tampak tersenyum manis ke arahnya, mungkin berusaha untuk menarik perhatian Kris yang hanya memandangnya dengan tatapan datar tanpa ekspresi.
Tatapan datar itu bukan karena Kris gugup. Tidak! Ia memang tak merasakan sebuah kespesialan yang sedang dipertontonkan untuknya saat ini. Tidak ada desiran aneh yang ia rasakan ketika melihat Minah yang terlihat cantik di depannya. Dan kemudian, memorinya berputar abstrak di dalam otaknya, membawanya menuju fakta yang entah kenapa membuat hatinya panas.
Memori itu membawanya kembali ke sebuah kejadian beberapa hari yang lalu.Ketika dirinya mendapati sebuah flashdisk yang dikirimkan ke kantornya, yang ternyata berisi tentang percakapan Minah dan teman-temannya.
***
“Aku berharap pertunanganku dengan Kris segera berakhir…” Kris mengerutkan keningnya mendengar suara itu.Ia tahu, itu suara Minah. flashdisk yang telah terpasang di MacBook Pro-nya itu tengah memutar sebuah rekaman misterius yang baru saja didapatnya dari sekretarisnya; berupa paket tanpa nama. Membuat Kris yang saat itu sedang tidak begitu banyak pekerjaan menjadi penasaran dengan isi dari flashdisk berwarna oranye itu.
“Kenapa? Kris tampan, kaya dan popular…”
Kris terus memasang telinganya baik-baik.Seolah rekaman itu adalah hal terpenting yang harus segera didengarnya hingga selesai.
“Please, aku tidak suka dinikahkan dengan si Kris itu. Aku tidak menyukainya…”
“Lalu, kenapa kau menerimanya?”
“Entahlah..aku tidak tahu. Aku hanya ingin semuanya berakhir secepatnya.Aku tidak ingin menikah dengan Kris!”
Entah kenapa udara di dalam kantornya tampak lebih panas dari biasanya.Apakah pendingin di ruangannya rusak? Kris melirik ke arah pendingin ruangan yang menunjukkan angka 19 derajat celsius. Tidak, pendinginnya berfungsi dengan baik.Tapi apa-apaan ini, apakah Minah tengah mempermainkannya? Kalau memang ia tengah bermain api di belakang Kris, berarti ia telah memilih lawan yang salah. Sebuah seringai berbahaya tiba-tiba terbit, yang membuat siapa saja yang melihatnya dapat menyimpulkan, bahwa orang yang ditujukan atas seringai itu akan mendapatkan sebuah kesialan yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
***
Kris sedang mematut dirinya di depan kaca. Tuxedo putih dengan hiasan sapu tangan dan rangkaian kecil bunga mawah putih di saku kirinya serta dasi kupu-kupu berwarna senada benar-benar membuat dirinya terlihat lebih tampan dari biasanya. Rambutnya yang disisir kebelakang membuat wajahnya terlihat lebih segar. Ia terus menatap penampilan dirinya yang dapat membuat wanita manapun akan berdecak kagum untuknya. Namun, ia hanya dapat menunjukkan ekspresi dingin. Kris menatap dalam pantulan dirinya di permukaan cermin itu. Dan ia dapat melihat bahwa pantulan dirinya yang terlihat sangat tampan itu menyeringai, kontras dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin.
Hingga sebuah ketukan pintu membuatnya terkesiap.Ia menoleh ke arah pintu dan mendapati Jungkook–adiknya–sedang menatapnya depan pandangan kagum. Well, bahkan seorang pria seperti Jungkook pun tidak bisa memungkiri pesona dari Kris.
Jungkook berjalan mendekati kakaknya yang masih berdiri di depan cermin itu.
“Ge, kau terlihat…” Jungkook mengangkat kedua jempolnya di udara.“Sempurna.”
Kris tak dapat mempertahankan ekspresi dinginnya, ia tertawa. “Kau juga terlihat tampan, adik kecilku.” ujar Kris sambil mengacak rambut Jungkook yang telah tertata rapi. Membuat sang pemilik rambut dengan warna dark brown itu mendadak ingin mengacak balik rambut kakak tirinya yang sebentar lagi melepas masa lajangnya ini.
Ya.Kris dan Jungkook bukanlah saudara kandung.Jungkook adalah anak yang dibawa ibu tirinya ketika menikahi ayahnya limabelas tahun yang lalu. Tidak ada yang harus ia benci dari ibu dan adik tirinya yang berdarah Korea ini. Mereka memberikan Kris kebahagiaan. Kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan dari ibu kandungnya. Namun, wanita itu malah memilih untuk pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya duapuluh tahun yang lalu.
Ketika ibunya pergi, Kris bahkan belum ingat betul bagaimana rupa ibu kandung yang telah melahirkannya itu. Atau sebenarnya, Kris tidak ingin mengingatnya, ia telah bahagia dengan apa yang ia dapatkan sekarang.Ketegarannya adalah kebahagiaannya.Walaupun, masih terselip sedikit kepura-puraan di dalam sorot matanya yang terkadang tampak sapuh.
Dan, ada sebuah hal yang ia takutkan, Bang Minah. Kris melihat ada sebuah kemiripan antara Minah dan ibu kandungnya.
“Gege! Kris Gege!”
Kris yang sedang termenung sontak tersadar, lalu menatap adik kecilnya yang tampak memandangnya dengan pandangan sebenarnya-kau-sedang-memikirkan-apa-sih-ge.
“Ah, kita harus segera berangkat.” Kris melirik jam tangan Rolex-nya sebentar.
Jungkook mengangkat bahu dan berjalan di dalam rangkulan Kris yang menggiringnya keluar dari kamar pria itu.
“Ge, bagaimana caranya memiliki tinggi sepertimu?Aku tampak seperti kurcaci sekarang!”Jungkook dan Kris tengah melewati anak tangga menuju lantai bawah, dimana keluarganya tengah menunggunya.Dan, kekehan Kris adalah jawaban pertama atas pertanyaan adiknya yang terdengar cukup konyol itu.
Kris tampak berpikir sejenak, lalu merangkul adiknya lebih dekat. “Kau harus bermain basket atau…”
Jungkook menoleh cepat ke arah Kris.“Atau apa?”
“Atau… kau harus berenang dimana banyak wanita berbikini seksi di sana.” bisik Kris, lalu kembali terkekeh geli.
“Semoga aku tidak menjadi semesum dirimu setelah dewasa nanti!” tukas Jungkook sambil mendengus kecil.
“Jungkook, kau ingin membantu gege?”
Jungkook mengangguk penuh antusias.“Bantuan apa?”
Kris menyeringai, kemudian membisikkan sesuatu yang membuat mata Jungkook terbelalak seketika.
***
Kris telah berada di dalam Gereja Katedral Myeongdong sekarang. Sejujurnya, terakhir kali ia menginjakkan kaki di katedral ini adalah beberapa bulan yang lalu, dan ia lupa tepatnya kapan. Well, Kris sebenarnya memang jarang sekali ke katedral untuk ibadah. Ia mengakui bahwa ia memang bukan menganut agama yang baik. Berbeda dengan ibu tirinya yang kerap kali ikut serta dalam kegiatan keagamaan di katedral tersebut.
Nuansa klasik Roma terasa kental di setiap sudut interior bagunan katedral tua itu. Membuat siapa saja yang berada di sana akan merasakan ketenangan, merasa dekat dengan Tuhan.
Pemberkatan pernikahan dirinya dan Minah akan berlangsung beberapa saat lagi. Membuat Kris terlihat tidak sabar untuk momen yang akan dibuatnya nanti.
Pastor tua yang memimpin berlangsungnya pemberkatan itu telah meminta Kris untuk berdiri di atas altar, menunggu mempelai wanitanya.
Hingga kemudian, seluruh mata tertuju pada seorang wanita yang menggunakan gaun putih susuyang menjuntai indah itu tengah berjalan menuju altar, sambil mengapit lengan ayahnya yang mengantarkannya menuju calon suaminya. Semua undangan yang menghadiri pemberkatan itu tersenyum, Minah sangatlah layak untuk seorang Kris.
Kini, tiba saatnya mereka menjalani prosesi pemberkatan yang menurut Kris sangatlah membosankan.
“Saudara Wu Yifan, apakah saudara menerima dan meresmikan perkawinan ini dengan kesungguhan dan keikhlasan hati?”
Sang pastor telah memberikan interpelasi kepada Kris, pertanyaan yang menjadi salah satu bagian terpenting sebelum pengucapan janji pernikahan. Biasanya, para mempelai akan menjawabnya dengan jawaban yang berbunyi, ya, saya bersedia, sambil menyunggingkan senyum bahagia. Namun nyatanya, Kris bahkan tidak tersenyum sama sekali. Ia hanya mematung di tempatnya.
Mulai terdengar suara-suara bisikan dari undangan yang membuat sang pastor tua itu berdeham, lalu mengulang kalimatnya sambil menatap lurus ke arah pria itu. “Saya ulangi. Saudara Wu Yifan, apakah saudara menerima dan meresmikan perkawinan ini dengan kesungguhan dan keikhlasan hati?”
Minah yang berada di samping kanan Kris hanya dapat menggigit bibirnya sambil melirik ke arah Kris.“Kris, kau kenapa?” bisik Minah nyaris tak terdengar.
Kris membuka mulutnya.“Tidak.Saya tidak bersedia.” ucapnya lantang.Suaranya bahkan melebihi suara petir yang menggelegar dan menakutkan.
Sontak seluruh undangan bahkan orang tuanya terlihat kaget dengan kata-kata Kris yang diluar dugaan itu. Belum lagi, Minah yang bahkan terlihat susah menelan ludahnya sendiri. Iris matanya melebar, tercekat oleh kenyataan yang diberikan oleh pria yang berstatus calon suaminya itu.
Kris mendekatkan dirinya ke arah Minah.“Kau bilang, kau tidak suka dinikahkan denganku.”Kris tampak menyeringai, dan demi Tuhan Minah mendapati aura mengerikan dari seringai itu.“Jadi…” pria itu sengaja menjeda kalimatnya. “Aku akan memutuskan meninggalkanmu di sini.”
Setelah itu, Kris menjauhi altar dengan langkah yang santai, menganggap apa yang baru saja terjadi adalah hal yang tidak penting untuknya. Minah hanya dapat menatap kepergian Kris dengan tatapan nanar.Lidahnya kelu, bahkan hanya untuk melontarkan makian yang memang pantas untuk bajingan yang sedang berjalan menjauhi altar.Namun, sebelum Kris benar-benar meninggalkan katedral itu, tiba-tiba terdengar sebuah percakapan yang berbunyi dari sebuah speaker yang berada di pojok altar.
“Aku berharap pertunanganku dengan Kris segera berakhir…”
“Kenapa? Kris tampan, kaya dan popular…”
“Please, aku tidak suka dinikahkan dengan si Kris itu. Aku tidak menyukainya…”
“Lalu, kenapa kau menerimanya?”
“Entahlah..aku tidak tahu. Aku hanya ingin semuanya berakhir secepatnya.Aku tidak ingin menikah dengan Kris!”
Minah terdiam, ia tak tahu harus bereaksi apa. Hatinya mencelos mendapati suara yang sangat dikenalnya–karena itu suaranya sendiri–tengah memenuhi ruangan katedral itu sekarang.Seluruh mata yang tadinya menghujat kekejaman Kris kini beralih menatapnya tajam. Seolah ia adalah pendosa paling besar yang tengah dihakimi di dalam katedral suci itu.
***
1 bulan kemudian
Setelah kejadian yang memalukan–sekaligus membuatnya menyeringai puas–itu, Kris memilih meninggalkan Seoul untuk beberapa waktu ke depan.
Dan, Boston adalah kota yang dipilih Kris untuk tempatnya menghilang dari kota Seoul yang membuat dirinya agak mual membayangkannya. Well, karena di sana ada seorang wanita bernama Bang Minah yang entah kenapa mengingat namanya saja dapat membuat napsu makannya menurut secara tiba-tiba.
Sebenarnya, ada hal lain yang membuat Kris ingin menetap sementara di Boston. Kota ini mengingatkannya kepada Soyu, gadis itu pernah menjadi kekasihnya ketika SMA.Orang yang sangat ingin dicarinya, sebelum akhirnya, keegoisan dalam dirinya mengatakan untuk melupakan sosok itu.
Namun, akhir-akhir ini, Kris tampak menaruh rindu yang besar untuk mantannya itu.
Kris yang sedang berjalan menyusuri Newburry Street itu menghentikan langkahnya di sebuah café.Ia menduduki salah satu kursi besi yang berada di luar area café, sesungguhnya café tersebut juga memiliki tempat di dalam. Namun, Kris lebih ingin menikmati udara pagi yang menurutnya cukup segar. Kris telah memesan secangkir espresso dan sepiring bacotti untuk menu sarapannya.
Tak berapa lama, seorang pelayan wanita telah mengantarkan pesanan Kris.Pria itu bahkan hanya dengan pakaian santainya dapat memikat beberapa wanita bule yang duduk tak jauh dari mejanya.Kris berusaha mengabaikan tatapan kagum itu dan beralih menyesap espresso-nya pelan.
Namun, kenikmatan espresso itu seketika menghilang, ketika matanya mendapati seseorang yang sangat dikenalnya sedang melangkah memasuki café bersama seorang anak perempuan kecil di sampingnya. Dan demi Tuhan, Kris tidak akan salah, itu adalah Soyu!
Mereka telah duduk bertiga di meja Kris. Pria itu mengamati wajah Soyu yang tidak banyak berubah, ia tetap saja cantik seperti dulu. Lalu, pandangannya mengarah ke arah anak perempuan berambut panjang yang duduk di samping Soyu.Kris merasa anak perempuan itu mengingatkannya pada seseorang.
“Ini anakmu?” tanya Kris penasaran, yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh Soyu
“Iya, namanya Naeun. Naeun Kang. Ia berumur enam tahun sekarang,” ujarnya menjelaskan sambil mengelus rambut Naeun yang hanya memandangi Kris dengan tatapan dinginnya.Tunggu, Kris seperti mengenal tatapan itu.
Kerutan di kening Kris terlihat menyatu, ia memandang wanita di depannya dengan tatapan heran. Ia ingat betul jika marga Kang adalah milik Soyu yang bernama Korea Kang Ji-Hyun. “Kang? Kau tidak memberinya nama belakang suamimu? Dan tunggu, anakmu berumur enam tahun?Itu artinya kau menikah setelah kelulusan kita di SMA?Setelah kau meninggalkan Korea dan memilih tinggal dengan kakakmu di sini?”
Kali ini Soyu tertawa sembari menutup mulutnya.“Aku bahkan belum menikah, Kris.”
Kris tampak semakin penasaran. Ia berspekulasi bahwa mungkin Soyu mengadopsi seorang anak perempuan dari panti asuhan, atau yang lebih parah adalah..Soyu hamil diluar nikah. Dan hey, ia melupakan sesuatu…
Ia pernah melakukannya bersama Soyu, sebelum gadis itu meninggalkan Seoul tujuh tahun yang lalu.
“Jadi, siapa ayah dari anak ini?”
Tidak ada jawaban, hanya senyum Soyu yang masih tetap setia mengembang tulus.Ia menghela napas sebentar, kemudian memeluk Naeun di sampingnya.
“Aku adalah ibu sekaligus ayah untuknya.”
END