Clumsy
Cast: Minah
Wu Yifan
Junior
Son Naeun
Genre: Romance, Bitter Romance
Rating: General
Lenth: One Shoot
“Kenapa kamu akhir-akhir ini mau aku ajak ke taman belakang sekolah?” tanya Yifan dengan senyum jahilnya.
“Hanya ingin saja,” jawab Minah tenang.
Setelah menjawab pertanyaan Yifan, Minah menyibukan diri dengan membuka makanan yang dia bawa dari rumah. Sebuah bento besar yang cukup untuk di makan berempat. Dia membukanya dengan perasaan was-was, takut apabila Yifan ilfeel melihat bentonya yang pertama. Selagi menurunkan beberapa makanan dari wadah bento, Minah tidak berani memandang Yifan. Dia melihat dengan mata ayamnya bahwa Yifan memandanginya dengan seksama. Minah memilih menunduk dengan rona merah di pipinya.
Wu Yifan POV
Akhirnya setelah sekian lama aku bisa pergi kencan lagi dengan yeojachinguku. Seperti mimpi yang akhirnya ku gapai. Aku sangat terkejut melihat dia membawa bento sebesar itu dengan senyum gulanya di depan kelasku. Aku tahu dia pasti merasa tindakan itu sangat bodoh, karena setelah itu dia tidak mengatakan apa-apa padaku. Dia sungguh menarik.
“Kau mau makan atau tidak?” geramnya.
Dia membuatku tersadar dari lamunanku. Dia menatapku dengan marah. Aku reflek menyuapinya dengan kimbab besar buatanya. Aku merasa senang ketika dia membuka mulutnya tanpa enggan. Dia mengunyah kimbab dengan tersedak-sedak, sepertinya dia baru mnyadari ada yang salah dengan makanannya. Sebelum dia mengambil kimbabnya jauh dari gapaianku, aku mengambilnya. Tangannya menahanku untuk memakan kimbab. Tetapi kimbab sudah masuk ke mulutku.
Aku tidak merasakan ada hal yang salah dengan kimbabnya. Aku menggelengkan wajahku untuk menandakan bahwa kimbab ini there is no something wrong. Dia hanya terdiam, mungkin dia tersipu. Aku terus menghabiskan makanan yang dia bawa hingga akhirnya bel tanda ekskul di mulai berbunyi. Aku harus segera buru-buru masuk ke lapangan basket, aku masih junior. Aku harus lebih rajin apabila ingin menjadi inti.
Aku segera pergi meninggalkan Minah yang sibuk menutup bento. Bukannya aku tidak peduli, tetapi aku memang harus pergi. Ketika aku akan berlari, Minah menyentuh sikuku dengan tangan kirinya. Aku hanya menengoknya.
“Gomawo, Yifan-aa. Engg, saranghae,” katanya sambil menatapku dalam-dalam.
“Ah ndee,” jawabku sambil mencium keningnya.
Aku pergi meninggalkannya. Sedetik kemudian aku menyesal hanya mengatakan itu, rasanya ingin aku berbalik dan mengajaknya menari untuk merayakan: 3 BULAN PACARAN DAN AKHIRNYA KATA SARANGHAE TERUCAP OLEHNYA. Tetapi basket adalah segalanya sekarang. Masih banyak waktu untukku dan Minah bersama.
Wu Yifan POV end
Minah berdiri terpaku memandang punggung Yifan yang pergi menjauh. Tangan kanannya perlahan-lahan menyentuh kening yang tadi dicum Yifan. Butuh waktu setengah menit untuk Minah menyadari apa yang barusan saja terjadi. Dia terlalu senang untuk memikirkan kejadian tadi.
Ponsel Minah tiba-tiba saja berbunyi ketika Minah selesai membereskan piknik kecilnya dengan Yifan. Dia melihat layar ponselnya, Junior. Minah langsung memasukan kembali ponselnya ke dalam saku. Bukannya dia tidak mau ditelpon Junior, dia hanya malas mendengarkan ocehan Junior yang mengiranya membolos paduan suara.
***
“Aku jarang melihatmu bersama Yifan setelah ciumanmu di bioskop itu?” tanya Junior dengan atusias.
“Kau tidak perlu tahu,” jawab Minah tanpa menatap mata Junior.
“Apa kau….?” tanya Junior lagi.
“Tidak! Dia sedang tournament, puas?” potong Minah kesal.
Junior hanya terdiam melihat Minah menendang kaleng soda di depan. Untuk menenangkan Minah, Junior memutuskan untuk mengajaknya membeli es krim. Minah yang tidak keberatan ditraktir Junior langsung mengikutinya.
Tempat penjualan es krim tidak jauh dari jalan mereka pulang. Minah mendorong pintu kaca berbentuk cherry besar itu sebelum Junior membukakan pintu untuknya. Dia terlalu takjub melihat took es krim yang lucu ini. Meja dan kursi berwarna pastel, lampu-lampu hias berbentuk macaroon, aroma es krim menyeruak masuk ke hidung. Dia mengamati pelayan-pelayang yang begitu manis mengenakan pakaian berwarna gothic, memang sedikit aneh, tetapi manis.
Minah mengalungkan lengannya ke leher Junior. Menariknya menuju meja depan kaca. Minah duduk membelakangi kaca karena lebih tertarik memandangi interior café es krim. Dia mengamati setiap es krim yang dibeli oleh pengunjung. Sangat banyak yang dia inginkan, tetapi tentu saja tidak akan muat di perut dan tentunya dompet Junior.
Karena bosan dia mengamati ponselnya dengan saksama. Dari ponselnya dia dapat mengamati pemandangan yang berada di belakangnya.
“Lihat ponselku ada noda menempel,” kata Minah sambil menarik kepala Junior mendekat.
“YAA!! Bukankah itu..,” teriak Junior. Para pengunjung pun mengamati tunjukkan telunjuk Junior dengan penasaran. Sebelum banyak yang melihat, Minah berhasil membuat Junior menunduk ke arah macaroon di depan mereka. Minah tidak melihat apa yang ditunjuk Junior.
Dia membungkam mulut Junior dengan telunjuk dan ibu jari manisnya. Junior mengangguk minta dibebaskan. Pengunjung kembali sibuk menikmati santapan mereka. Minah mengadahkan wajahnya dan bertanya pada Junior seperti tak ada apa-apa yang terjadi.
“Kau mau pisang?” tanya Minah manis.
“Oh lupakan saja lah, aku mau yang anggur saja,” jawab Junior putus asa.
***
Minah POV
Aku pulang tanpa ditemani Junior, yah dia malas mengantarku. Rumah kami cukup jauh. Mungkin bukan karena dia malas tetapi dia mengerti apa yang akan aku lakukan. Aku akan menangis.
Aku menatap sekeliling jalan setapak yang dipenuhi lampu-lampu berwarna krem. Menerangi jalan rumahku. Angin dingin menusuk tulangku melalui sweater. Aku tetap menatap kosong sambil terus berjalan. Jalanku menjadi seperti kura-kura. Beberapa orang yang kesal karena kelambananku mendahuluiku sambil mencibir ke arahku. Aku memang jalan di tengah. Aku tidak memiliki niatan bergeser ke arah pagar pembatas taman tengah kota ini.
Aku duduk di tempat duduk kayu yang paling using. Terdengar suara ngik ketik aku duduk di tengah-tengahnya. Aku tidak peduli. Aku terlalu capek untuk berjalan. Aku mengangkat ponselku, aku menghubungi Yifan.
Telepon tersambug.
“Kenapa lagi kau?” tanya Yifan.
“Aku melihatmu dengannya,” jawab Minah menahan isaknya.
“Bukankah sudah ku bilang kita putus saja,” kata Yifan tidak peduli.
“Aku tidak melarangmu pergi dengannya, aku hanya ingin bilang berhati-hatilah, Junior melihatmu,” kata Minah tenang, berusaha untuk tenang.
“Aku tidak peduli,” teriak Yifan, menutup teleponnya dengan keras.
Oh Tuhan, apakah aku sebodoh ini. Aku tidak ingin putus dengan Yifan karena aku percaya dia akan kembali padaku. Aku hanya perlu bersabar dan menjalani kesepian ini saja. Apakah aku salah?
Minah POV end
Minah terbangun dengan mata sembabnya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata beratnya. Dia memandang ke segala arah mencari ponselnya. Jam menunjukan pukul 03.00 a.m. Minah menghembuskan napas leganya. Dia mengumpulkan nyawa untuk bangkit dari kasur busanya. Dia duduk terdiam memandang kea rah luar. Hembusan angin menggerakan tirai putih dan dream creater.
Minah keluar dari kamarnya. Dia mengambil dua kantung teh dari teko. Dia memeras sedikit agar tidak menetes apabila ia bawa ke kamar. Tanpa sadar dia memandang bento yang tadi akan dibawanya untuk menemui Yifan. Setelah tersadar dari lamunan bodohnya dia pergi meninggalkan dapur mungilnya.
Junior POV
“Kau pikir aku bodoh!?” ungkapku ketika Minah menyuapkan bento ke mulutnya.
“Tidak ada bukti bahwa itu Yifan dan aku tidak percaya denganmu,” seru Minah sambil menunjuk kedua matanya, dia ingin mengatakan bahwa tidak ada mata sembab di kedua matanya.
“Ah sudahlah, aku bisa makan sendiri!” teriakku menyambar garpu di tangan Minah.
Aku tidak bodoh Minah, sungguh. Tapin sudahlah, asalkan kau tidak menangis. Entah bagaimana aku tidak bisa berbohong bahwa aku sangat bahagia, aku bisa memakan bentomu. Aku terus memandangi bentuk bento yang kau buat dengan cinta ini. Kalau aku tidak gengsi aku sudah memotonya dari tadi dan aku masukan SNS.
Minah kau sungguh luar biasa sempurna untukku. Entah bagaimana setelah bersahabat denganmu aku semakin mencintaimu. Aku semakin menginginkanmu. Aku ingin membuatmu bahagia. Apakah salah apabila aku berharap hubunganmu hancur dengan Yifan? Karena saat ini hanya ada aku di sampingmu. Mau tak mau kau akan jatuh hati padaku, pada kesetiaanku. Salahkah aku berdoa akan penderitaanmu?
Junior POV end
“Chagy, kita besok beli sandwich saja ya?” Teriak Naeun dengan keras.
“Tentu,”Jawab seseorang di sebelahnya yang menggunakan masker dan topi di cuaca yang sejuk ini.
Semua mata menuju ke arah Naeun dan pria misterius itu. Junior mendongakkan kepalanya merasa ingin tahu siapa yang Naeun ajak bicara. Banyak juga yang bersifat blak-blakan memicingkan matanya untuk mengetahui lelaki bodoh yang mengencani Naeun. Beberapa dari mereka menggeleng kepala iba kepada lelaki itu. Mereka berpikir mungkin dia malu menjadi pacar Naeun jadi dia pura-pura sakit.
Minah tetap memakan bentonya dengan diam. Dia tidak peduli dengan kehebohan di atap sekolahnya itu. Dia memilih mengisi perut kosongnya dari pada mengisi otaknya dengan hal-hal yang tidak perlu, dan mengisi hatinya dengan kepedihan.
“Hei, lelaki itu gila ya? Memang sih si Son Naeun itu cantik, menawan, seksi, tapi beuh. Aku tidak akan sudi menjadikannya istriku, ah mengencaninya saja aku tak mau. Kau tahu sebenarnya keluarganya itu korupsi tetapi ayahnya mempunyai banyak koneksi, jadi bisa membalikkan fakta. Ah dan lagi, bukankah dia yang mendapat nilai 1 untuk pelajaran sejarah? Astaga apakah dia tidak tahu sejarah tanah airnya sendiri, setidaknya aku yang tidak belajar saja mendapatkan 6, bahkan Sammuel, siswa pindahan Amerika Serikat itu mendapat nilai 3. Padahal dia baru tinggal di sini 1 bulan, ah ya mungkin dia belajar.” oceh Junior tanpa berhenti.
“Entahlah, tetapi buktinya Yifan menyukainya,” kata Minah ketika meminum teh hangatnya.
Senyum simpul terukir dari wajah sedih Minah. Junior yang tersadar apa maksud Minah kembali mengamati lelaki yang sejak tadi hendak enyah dari tempat duduknya. Semakin Junior mengamati lelaki itu mirip sekali dengan Yifan dari warna rambutnya, jangkungnya, hingga merk sepatunya.
Minah menarik kerah belakang Junior, dia ingin meningalkan tempat ini secepatnya. Dia menyeret Junior yang masih ingin mengamati Yifan dan Naeun. Akhirnya menyerah ketika mereka hendak menuruni tangga. Dia tidak akan kehilangan nyawanya untuk rasa penasarannya itu. Dia tidak akan mati sebelum menikah. Beberapa menit kemudian bel berbunyi, para siswa kembali ke kelas tergesa-gesa.
“Yo, Yifan! Aku pikir seleramu sudah turun sekarang,” teriak Junior dari tempat duduknya ketika Yifan dan Naeun memasuki kelas.
“Bodoh,” bisik Minah.
“Astaga jadi itu tadi kau, sobat? Minah single dong, boleh nih, aku sudah menunggunya ketika mos!” seru Taehyung tanpa dosa.
“Aku sudah menolakmu tahun lalu bodoh,” seru Minah dengan santai.
“Bagus deh kalau kalian sudah tahu, aku kasian dengan Hooneyfan ku ini yang harus sembunyi-sembunyi dari mantannya yang tak mau putus,” ketus Naeun.
“Kau pikir Minah sebodoh itu?” teriak Junior tidak terima.
“Memang begitu kok, dia ngemis-ngemis padaku untuk tidak menyelesaikan hubungan ini,” kata Yifan.
Semua mata menoleh pada Minah. Minah tidak menyangka hal ini akan terjadi dan kebodohannya akan terungkap dengan cara begini. Minah tidak bisa membantah perkataan Yifan. Dia tidak mau berbohong, tidak mau menambah dosa lagi. Melihat alur cerita yang sedang merugikan Minah, Yifan kembali menyerangnya.
“Bagaimana ratu jujur? Kau tidak bisa menyangkalnya khan?” kata Yifan.
“Paling tidak katakanlah sesuatu untuk harga dirimu dong,” sambung Naeu sambil mendekatkan Yifan ke arahnya.
“Apa salahnya dengan setia?” Tanya Taehyung tiba-tiba, “Apakah kalian tidak ingat dengan perkataanku lima menit lalu, bukankah aku menyatakan cinta lagi pada Minah yang telah menolakku setahun lalu?”
“Cinta itu buta, bahkan harga diri pun bisa terlupakan,” teriak Soyu yang duduk di belakang Naeun.
Yifan menggandeng tangan Naeun untuk duduk ketika Naeun ingin membalas perkataan Soyu. Soyu mencibir ke arah mereka berdua. Beberapa siswa pun karena iba dan kasihan mulai mengalihkan pandangan dari Minah. Satu persatu dari mereka kembali duduk di meja tanpa kesunyian, tanpa membahas kebodohan Minah.
***
1 Minggu kemudian.
“Minah!! Kau sungguh sudah putus dengan Yifan?” teriak Junior dari kejauhan, “Kemarin Soyu dan Chanyeol memberitahuku,” tambahnya.
“Iya,” jawab Minah yang terkejut dengan kehadiran Junior.
“Aduh menyenangkan sekali!” kata Junior yang berlari ke arahnya masih lengkap menggunakan pakaian tournament futsalnya.
Junior sama sekali tidak tahu berita tentang sekolahnya ketika pergi tournament lima hari. Dia tidak diperbolehkan berhubungan dengan siapapun bahkan keluarganya. Sudah tradisi. Tadi dia bertemu dengan Soyu dan Chanyeol yang sedang mendukungnya. Dia tahu kenapa Minah tidak ikut, Minah tidak mau menganggu kencan Soyu dan Chanyeol.
“Chanyeol juga memberitahuku kalau kau sangat merindukanku, kau kesepian tanpaku, bahkan kau iri melihat Naeun dan Yifan yang sedang bertengkar, bertengkarpun tak masalah asalkan dia ada, katanya kau bilang begitu ya?” kata Junior tanpa henti.
“Mungkin,” kata Minah memainkan ponselnya, dia mengirim pesan ancaman pada Chanyeol karena telah membongkar aibnya.
“Oh benarkah? Kau sudah jatuh cinta denganku dong, ayo kita pacaran saja,” kata Junior terus terang.
“Ngarang ae,” teriak Minah menatap tajam Junior.
Minah POV
Mungkin aku akan menyadari sesuatu yang hilang ketika aku benar-benar kehilangan. Aku akan membuat kisah SMAku ini menjadi kenangan yang dapat aku kenang ketika aku dewasa nanti. Walaupun harus dengan si bodoh ini.
Wu Yifan
Junior
Son Naeun
Genre: Romance, Bitter Romance
Rating: General
Lenth: One Shoot
“Kenapa kamu akhir-akhir ini mau aku ajak ke taman belakang sekolah?” tanya Yifan dengan senyum jahilnya.
“Hanya ingin saja,” jawab Minah tenang.
Setelah menjawab pertanyaan Yifan, Minah menyibukan diri dengan membuka makanan yang dia bawa dari rumah. Sebuah bento besar yang cukup untuk di makan berempat. Dia membukanya dengan perasaan was-was, takut apabila Yifan ilfeel melihat bentonya yang pertama. Selagi menurunkan beberapa makanan dari wadah bento, Minah tidak berani memandang Yifan. Dia melihat dengan mata ayamnya bahwa Yifan memandanginya dengan seksama. Minah memilih menunduk dengan rona merah di pipinya.
Wu Yifan POV
Akhirnya setelah sekian lama aku bisa pergi kencan lagi dengan yeojachinguku. Seperti mimpi yang akhirnya ku gapai. Aku sangat terkejut melihat dia membawa bento sebesar itu dengan senyum gulanya di depan kelasku. Aku tahu dia pasti merasa tindakan itu sangat bodoh, karena setelah itu dia tidak mengatakan apa-apa padaku. Dia sungguh menarik.
“Kau mau makan atau tidak?” geramnya.
Dia membuatku tersadar dari lamunanku. Dia menatapku dengan marah. Aku reflek menyuapinya dengan kimbab besar buatanya. Aku merasa senang ketika dia membuka mulutnya tanpa enggan. Dia mengunyah kimbab dengan tersedak-sedak, sepertinya dia baru mnyadari ada yang salah dengan makanannya. Sebelum dia mengambil kimbabnya jauh dari gapaianku, aku mengambilnya. Tangannya menahanku untuk memakan kimbab. Tetapi kimbab sudah masuk ke mulutku.
Aku tidak merasakan ada hal yang salah dengan kimbabnya. Aku menggelengkan wajahku untuk menandakan bahwa kimbab ini there is no something wrong. Dia hanya terdiam, mungkin dia tersipu. Aku terus menghabiskan makanan yang dia bawa hingga akhirnya bel tanda ekskul di mulai berbunyi. Aku harus segera buru-buru masuk ke lapangan basket, aku masih junior. Aku harus lebih rajin apabila ingin menjadi inti.
Aku segera pergi meninggalkan Minah yang sibuk menutup bento. Bukannya aku tidak peduli, tetapi aku memang harus pergi. Ketika aku akan berlari, Minah menyentuh sikuku dengan tangan kirinya. Aku hanya menengoknya.
“Gomawo, Yifan-aa. Engg, saranghae,” katanya sambil menatapku dalam-dalam.
“Ah ndee,” jawabku sambil mencium keningnya.
Aku pergi meninggalkannya. Sedetik kemudian aku menyesal hanya mengatakan itu, rasanya ingin aku berbalik dan mengajaknya menari untuk merayakan: 3 BULAN PACARAN DAN AKHIRNYA KATA SARANGHAE TERUCAP OLEHNYA. Tetapi basket adalah segalanya sekarang. Masih banyak waktu untukku dan Minah bersama.
Wu Yifan POV end
Minah berdiri terpaku memandang punggung Yifan yang pergi menjauh. Tangan kanannya perlahan-lahan menyentuh kening yang tadi dicum Yifan. Butuh waktu setengah menit untuk Minah menyadari apa yang barusan saja terjadi. Dia terlalu senang untuk memikirkan kejadian tadi.
Ponsel Minah tiba-tiba saja berbunyi ketika Minah selesai membereskan piknik kecilnya dengan Yifan. Dia melihat layar ponselnya, Junior. Minah langsung memasukan kembali ponselnya ke dalam saku. Bukannya dia tidak mau ditelpon Junior, dia hanya malas mendengarkan ocehan Junior yang mengiranya membolos paduan suara.
***
“Aku jarang melihatmu bersama Yifan setelah ciumanmu di bioskop itu?” tanya Junior dengan atusias.
“Kau tidak perlu tahu,” jawab Minah tanpa menatap mata Junior.
“Apa kau….?” tanya Junior lagi.
“Tidak! Dia sedang tournament, puas?” potong Minah kesal.
Junior hanya terdiam melihat Minah menendang kaleng soda di depan. Untuk menenangkan Minah, Junior memutuskan untuk mengajaknya membeli es krim. Minah yang tidak keberatan ditraktir Junior langsung mengikutinya.
Tempat penjualan es krim tidak jauh dari jalan mereka pulang. Minah mendorong pintu kaca berbentuk cherry besar itu sebelum Junior membukakan pintu untuknya. Dia terlalu takjub melihat took es krim yang lucu ini. Meja dan kursi berwarna pastel, lampu-lampu hias berbentuk macaroon, aroma es krim menyeruak masuk ke hidung. Dia mengamati pelayan-pelayang yang begitu manis mengenakan pakaian berwarna gothic, memang sedikit aneh, tetapi manis.
Minah mengalungkan lengannya ke leher Junior. Menariknya menuju meja depan kaca. Minah duduk membelakangi kaca karena lebih tertarik memandangi interior café es krim. Dia mengamati setiap es krim yang dibeli oleh pengunjung. Sangat banyak yang dia inginkan, tetapi tentu saja tidak akan muat di perut dan tentunya dompet Junior.
Karena bosan dia mengamati ponselnya dengan saksama. Dari ponselnya dia dapat mengamati pemandangan yang berada di belakangnya.
“Lihat ponselku ada noda menempel,” kata Minah sambil menarik kepala Junior mendekat.
“YAA!! Bukankah itu..,” teriak Junior. Para pengunjung pun mengamati tunjukkan telunjuk Junior dengan penasaran. Sebelum banyak yang melihat, Minah berhasil membuat Junior menunduk ke arah macaroon di depan mereka. Minah tidak melihat apa yang ditunjuk Junior.
Dia membungkam mulut Junior dengan telunjuk dan ibu jari manisnya. Junior mengangguk minta dibebaskan. Pengunjung kembali sibuk menikmati santapan mereka. Minah mengadahkan wajahnya dan bertanya pada Junior seperti tak ada apa-apa yang terjadi.
“Kau mau pisang?” tanya Minah manis.
“Oh lupakan saja lah, aku mau yang anggur saja,” jawab Junior putus asa.
***
Minah POV
Aku pulang tanpa ditemani Junior, yah dia malas mengantarku. Rumah kami cukup jauh. Mungkin bukan karena dia malas tetapi dia mengerti apa yang akan aku lakukan. Aku akan menangis.
Aku menatap sekeliling jalan setapak yang dipenuhi lampu-lampu berwarna krem. Menerangi jalan rumahku. Angin dingin menusuk tulangku melalui sweater. Aku tetap menatap kosong sambil terus berjalan. Jalanku menjadi seperti kura-kura. Beberapa orang yang kesal karena kelambananku mendahuluiku sambil mencibir ke arahku. Aku memang jalan di tengah. Aku tidak memiliki niatan bergeser ke arah pagar pembatas taman tengah kota ini.
Aku duduk di tempat duduk kayu yang paling using. Terdengar suara ngik ketik aku duduk di tengah-tengahnya. Aku tidak peduli. Aku terlalu capek untuk berjalan. Aku mengangkat ponselku, aku menghubungi Yifan.
Telepon tersambug.
“Kenapa lagi kau?” tanya Yifan.
“Aku melihatmu dengannya,” jawab Minah menahan isaknya.
“Bukankah sudah ku bilang kita putus saja,” kata Yifan tidak peduli.
“Aku tidak melarangmu pergi dengannya, aku hanya ingin bilang berhati-hatilah, Junior melihatmu,” kata Minah tenang, berusaha untuk tenang.
“Aku tidak peduli,” teriak Yifan, menutup teleponnya dengan keras.
Oh Tuhan, apakah aku sebodoh ini. Aku tidak ingin putus dengan Yifan karena aku percaya dia akan kembali padaku. Aku hanya perlu bersabar dan menjalani kesepian ini saja. Apakah aku salah?
Minah POV end
Minah terbangun dengan mata sembabnya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata beratnya. Dia memandang ke segala arah mencari ponselnya. Jam menunjukan pukul 03.00 a.m. Minah menghembuskan napas leganya. Dia mengumpulkan nyawa untuk bangkit dari kasur busanya. Dia duduk terdiam memandang kea rah luar. Hembusan angin menggerakan tirai putih dan dream creater.
Minah keluar dari kamarnya. Dia mengambil dua kantung teh dari teko. Dia memeras sedikit agar tidak menetes apabila ia bawa ke kamar. Tanpa sadar dia memandang bento yang tadi akan dibawanya untuk menemui Yifan. Setelah tersadar dari lamunan bodohnya dia pergi meninggalkan dapur mungilnya.
Junior POV
“Kau pikir aku bodoh!?” ungkapku ketika Minah menyuapkan bento ke mulutnya.
“Tidak ada bukti bahwa itu Yifan dan aku tidak percaya denganmu,” seru Minah sambil menunjuk kedua matanya, dia ingin mengatakan bahwa tidak ada mata sembab di kedua matanya.
“Ah sudahlah, aku bisa makan sendiri!” teriakku menyambar garpu di tangan Minah.
Aku tidak bodoh Minah, sungguh. Tapin sudahlah, asalkan kau tidak menangis. Entah bagaimana aku tidak bisa berbohong bahwa aku sangat bahagia, aku bisa memakan bentomu. Aku terus memandangi bentuk bento yang kau buat dengan cinta ini. Kalau aku tidak gengsi aku sudah memotonya dari tadi dan aku masukan SNS.
Minah kau sungguh luar biasa sempurna untukku. Entah bagaimana setelah bersahabat denganmu aku semakin mencintaimu. Aku semakin menginginkanmu. Aku ingin membuatmu bahagia. Apakah salah apabila aku berharap hubunganmu hancur dengan Yifan? Karena saat ini hanya ada aku di sampingmu. Mau tak mau kau akan jatuh hati padaku, pada kesetiaanku. Salahkah aku berdoa akan penderitaanmu?
Junior POV end
“Chagy, kita besok beli sandwich saja ya?” Teriak Naeun dengan keras.
“Tentu,”Jawab seseorang di sebelahnya yang menggunakan masker dan topi di cuaca yang sejuk ini.
Semua mata menuju ke arah Naeun dan pria misterius itu. Junior mendongakkan kepalanya merasa ingin tahu siapa yang Naeun ajak bicara. Banyak juga yang bersifat blak-blakan memicingkan matanya untuk mengetahui lelaki bodoh yang mengencani Naeun. Beberapa dari mereka menggeleng kepala iba kepada lelaki itu. Mereka berpikir mungkin dia malu menjadi pacar Naeun jadi dia pura-pura sakit.
Minah tetap memakan bentonya dengan diam. Dia tidak peduli dengan kehebohan di atap sekolahnya itu. Dia memilih mengisi perut kosongnya dari pada mengisi otaknya dengan hal-hal yang tidak perlu, dan mengisi hatinya dengan kepedihan.
“Hei, lelaki itu gila ya? Memang sih si Son Naeun itu cantik, menawan, seksi, tapi beuh. Aku tidak akan sudi menjadikannya istriku, ah mengencaninya saja aku tak mau. Kau tahu sebenarnya keluarganya itu korupsi tetapi ayahnya mempunyai banyak koneksi, jadi bisa membalikkan fakta. Ah dan lagi, bukankah dia yang mendapat nilai 1 untuk pelajaran sejarah? Astaga apakah dia tidak tahu sejarah tanah airnya sendiri, setidaknya aku yang tidak belajar saja mendapatkan 6, bahkan Sammuel, siswa pindahan Amerika Serikat itu mendapat nilai 3. Padahal dia baru tinggal di sini 1 bulan, ah ya mungkin dia belajar.” oceh Junior tanpa berhenti.
“Entahlah, tetapi buktinya Yifan menyukainya,” kata Minah ketika meminum teh hangatnya.
Senyum simpul terukir dari wajah sedih Minah. Junior yang tersadar apa maksud Minah kembali mengamati lelaki yang sejak tadi hendak enyah dari tempat duduknya. Semakin Junior mengamati lelaki itu mirip sekali dengan Yifan dari warna rambutnya, jangkungnya, hingga merk sepatunya.
Minah menarik kerah belakang Junior, dia ingin meningalkan tempat ini secepatnya. Dia menyeret Junior yang masih ingin mengamati Yifan dan Naeun. Akhirnya menyerah ketika mereka hendak menuruni tangga. Dia tidak akan kehilangan nyawanya untuk rasa penasarannya itu. Dia tidak akan mati sebelum menikah. Beberapa menit kemudian bel berbunyi, para siswa kembali ke kelas tergesa-gesa.
“Yo, Yifan! Aku pikir seleramu sudah turun sekarang,” teriak Junior dari tempat duduknya ketika Yifan dan Naeun memasuki kelas.
“Bodoh,” bisik Minah.
“Astaga jadi itu tadi kau, sobat? Minah single dong, boleh nih, aku sudah menunggunya ketika mos!” seru Taehyung tanpa dosa.
“Aku sudah menolakmu tahun lalu bodoh,” seru Minah dengan santai.
“Bagus deh kalau kalian sudah tahu, aku kasian dengan Hooneyfan ku ini yang harus sembunyi-sembunyi dari mantannya yang tak mau putus,” ketus Naeun.
“Kau pikir Minah sebodoh itu?” teriak Junior tidak terima.
“Memang begitu kok, dia ngemis-ngemis padaku untuk tidak menyelesaikan hubungan ini,” kata Yifan.
Semua mata menoleh pada Minah. Minah tidak menyangka hal ini akan terjadi dan kebodohannya akan terungkap dengan cara begini. Minah tidak bisa membantah perkataan Yifan. Dia tidak mau berbohong, tidak mau menambah dosa lagi. Melihat alur cerita yang sedang merugikan Minah, Yifan kembali menyerangnya.
“Bagaimana ratu jujur? Kau tidak bisa menyangkalnya khan?” kata Yifan.
“Paling tidak katakanlah sesuatu untuk harga dirimu dong,” sambung Naeu sambil mendekatkan Yifan ke arahnya.
“Apa salahnya dengan setia?” Tanya Taehyung tiba-tiba, “Apakah kalian tidak ingat dengan perkataanku lima menit lalu, bukankah aku menyatakan cinta lagi pada Minah yang telah menolakku setahun lalu?”
“Cinta itu buta, bahkan harga diri pun bisa terlupakan,” teriak Soyu yang duduk di belakang Naeun.
Yifan menggandeng tangan Naeun untuk duduk ketika Naeun ingin membalas perkataan Soyu. Soyu mencibir ke arah mereka berdua. Beberapa siswa pun karena iba dan kasihan mulai mengalihkan pandangan dari Minah. Satu persatu dari mereka kembali duduk di meja tanpa kesunyian, tanpa membahas kebodohan Minah.
***
1 Minggu kemudian.
“Minah!! Kau sungguh sudah putus dengan Yifan?” teriak Junior dari kejauhan, “Kemarin Soyu dan Chanyeol memberitahuku,” tambahnya.
“Iya,” jawab Minah yang terkejut dengan kehadiran Junior.
“Aduh menyenangkan sekali!” kata Junior yang berlari ke arahnya masih lengkap menggunakan pakaian tournament futsalnya.
Junior sama sekali tidak tahu berita tentang sekolahnya ketika pergi tournament lima hari. Dia tidak diperbolehkan berhubungan dengan siapapun bahkan keluarganya. Sudah tradisi. Tadi dia bertemu dengan Soyu dan Chanyeol yang sedang mendukungnya. Dia tahu kenapa Minah tidak ikut, Minah tidak mau menganggu kencan Soyu dan Chanyeol.
“Chanyeol juga memberitahuku kalau kau sangat merindukanku, kau kesepian tanpaku, bahkan kau iri melihat Naeun dan Yifan yang sedang bertengkar, bertengkarpun tak masalah asalkan dia ada, katanya kau bilang begitu ya?” kata Junior tanpa henti.
“Mungkin,” kata Minah memainkan ponselnya, dia mengirim pesan ancaman pada Chanyeol karena telah membongkar aibnya.
“Oh benarkah? Kau sudah jatuh cinta denganku dong, ayo kita pacaran saja,” kata Junior terus terang.
“Ngarang ae,” teriak Minah menatap tajam Junior.
Minah POV
Mungkin aku akan menyadari sesuatu yang hilang ketika aku benar-benar kehilangan. Aku akan membuat kisah SMAku ini menjadi kenangan yang dapat aku kenang ketika aku dewasa nanti. Walaupun harus dengan si bodoh ini.